pembaca akan dimanjakan baik dari mata hingga ke pikiran. siapkan diri anda untuk membaca dengan menghemat pikiran dan membuat mata anda sangat rilex dengan semua yang telah disediakan penulis
Thursday, January 18, 2018
Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut?
Jawaban:
Ada dua hadits yang berbeda dalam masalah ini.
Hadits pertama:
عَنْ أَبِي ىُ ػ ةَ قَاؿَ : قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاو صَللَّاى الللَّاوُ عَلَيْوِ وَسَللَّامَ : }إذَا سَ دَ أَ دُ مْ ، فَلَا ػبَْػ ؾْ مَا ػبَْػ ؾُ الْبَعِيرُ ، وَلْيَضَعْ دَ وِ قَػبْلَ رُ بَتَػيْوِ {
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu sujud, maka janganlah ia turun seperti turunnya unta, hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. (HR. Abu Daud).
Hadits Kedua:
عَنْ وَائِلِ بْنِ قَاؿَ رَأَ تُ النلَّا لَِّا بِ -صلى الله عليو وسلم- إِذَا سَ دَ وَضَعَ رُ بَتَػيْوِ قَػبْلَ دَ وِ وَإِذَا ػ ضَ رَفَعَ دَ وِ قَػبْلَ رُ بَتَػيْوِ .
Dari Wa’il bin Hujr, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah Saw, ketika sujud ia meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Ketika bangun ia mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. (HR. Abu Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah).
Ulama berbeda pendapat dalam mengamalkan kedua hadits ini. Imam ash-Shan’ani berkata:
وَقَدْ اخْتَػلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي ذَلِكَ ، فَ ىَبَ اتعْاَدَوِ لَّاةُ ، وَرِوَا ةٌ عَنْ مَالِكٍ ، وَالْأَوْزَاعِ دِّ ي : إلَذ الْعَمَلِ ا اتضَْدِ ثِ ، لَّاتَّ قَاؿَ الْأَوْزَاعِيُّ : أَدْرَ نَا النلَّااسَ ضَعُوفَ أَ دِ ػ مْ قَػبْلَ رُ بِ مْ : وَقَاؿَ ابْن أَبِي دَاوُد : وَىُوَ قَػوْؿُ أَصْحَابِ اتضَْدِ ثِ
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini: al-Hadawiyah, satu riwayat dari Imam Malik dan al- Auza’i mengamalkan hadits yang menyatakan lebih mendahulukan tangan daripada lutut. Bahkan Imam al-Auza’i berkata: “Kami dapati orang banyak meletakkan tangan mereka sebelum lutut mereka”. Imam Abu Daud berkata: “Ini adalah pendapat para Ahli Hadits.
وَذَىَبَتْ ال لَّا افِعِيلَّاةُ ، وَاتضَْنَفِيلَّاةُ ، وَرِوَا ةُ عَنْ مَالِكٍ : إلَذ الْعَمَلِ بَِِدِ ثِ وَائِلٍ
Mazhab Syafi’i, Hanafi dan satu riwayat dari Imam Malik menyebutkan bahwa mereka mengamalkan hadits riwayat Wa’il (mendahulukan lutut daripada telapan tangan).
Pendapat ulama dalam masalah ini:
وَقَاؿَ النلَّاػوَوِيُّ : لَا ظْ تَػ جِيحُ أَ دِ الْمَ ىَبَػ عَلَى الْآخَ ، وَلَكِ لَّا ن أَىْلَ ىَ ا الْمَ ىَبِ رَلَّا جحُوا دِ ثَ " وَائِلٍ " ، وَقَالُوا فِي " أَبِي ىُ ػ ةَ " : إ لَّاوُ مُضْطَ بٌ ، إذْ قَدْ رُوِيَ عَنْوُ الْأَمْ افِ . وَ لَّا ابْنُ الْ يدِّمِ وَأَطَاؿَ فِي ا وَقَاؿَ : إ لَّا ف فِي دِ ثِ أَبِي ىُ ػ ةَ "" قَػلْبًا مِنْ اللَّا اوِي ، يْثُ قَاؿَ : "" وَلْيَضَعْ دَ وِ قَػبْلَ رُ بَتَػيْوِ "" وَإِ لَّا ف أَصْلَوُ" : " وَلْيَضَعْ رُ بَتَػيْوِ قَػبْلَ دَ وِ " ، قَاؿَ : وَ دُؿُّ عَلَيْوِ أَلَّاوؿُ اتضَْدِ ثِ ، وَىُوَ قَػوْلُوُ : " فَلَا ػبَْػ ؾُ مَا ػبَْػ ؾُ الْبَعِيرُ " فَ لَّا ف الْمَعْ وؼَ مِنْ بػ وؾِ الْبَعِيرِ ىُوَ تَػ دِ الْيَدَ نِ عَلَى الدِّ جْلَ
Imam an-Nawawi berkata: “Tidak kuat Tarjih antara satu mazhab dengan mazhab yang lain dalam masalah ini, akan tetapi Mazhab Syafi’I menguatkan hadits Wa’il (mendahulukan lutut daripada tangan). Mereka berkata tentang hadits riwayat Abu Hurairah bahwa hadits itu Mudhtharib; karena ia meriwayat kedua cara tersebut.
Imam Ibnu al-Qayyim meneliti dan membahas secara panjang lebar, ia berkata: “Dalam hadits riwayat Abu Hurairah terdapat kalimat yang terbalik dari perawi, ia mengatakan: “Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut”, kalimat asalnya adalah: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan”. Ini terlihat dari lafaz awal hadits: “Janganlah turun seperti turunnya unta”, sebagaimana diketahui bahwa turunnya unta itu adalah dengan cara lebih mendahulukan tangan (kaki depan) daripada kaki belakang21.
Pendapat Ibnu Baz:
ف شكل ى ا على ثير من أىل العلم ف اؿ بعض م ضع د و قبل ر بتيو وقاؿ آخ وف بل ضع ر بتيو قبل د و ، وى ا ىو ال ي الف ب وؾ البعير لأف ب وؾ البعير بدأ بيد و ف ذا ب ؾ اتظ من على ر بتيو ف د خالف البعير وى ا ىو اتظواف تضد ث وائل بن وى ا ىو الصواب أف س د على ر بتيو أولا ثُ ضع د و على الأرض ثُ ضع جب تو أ ضا على الأرض ى ا ىو اتظ وع ف ذا رفع رفع وج و أولا ثُ د و ثُ ن ض ى ا ىو اتظ وع ال ي جاءت بو السنة عن النبِ صلى الله عليو وسلم وىو اتصمع ب اتضد ث ، وأما قولو في د ث أبي ى ة : وليضع د و قبل ر بتيو فالظاى والله أعلم أ و ا لاب ما ذ ذلك ابن ال يم رتزو الله إ ا الصواب أف ضع ر بتيو قبل د و تَّ واف آخ اتضد ث أولو و تَّ تف مع د ث وائل بن وما جاء في معناه
Masalah ini menjadi polemik di kalangan banyak ulama, sebagian mereka mengatakan: meletakkan kedua tangan sebelum lutut, sebagian yang lain mengatakan: meletakkan dua lutut sebelum kedua tangan, inilah yang berbeda dengan turunnya unta, karena ketika unta turun ia memulai dengan kedua tangannya (kaki depannya), jika seorang mu’min memulai turun dengan kedua lututnya, maka ia telah berbeda dengan unta, ini yang sesuai dengan hadits Wa’il bin Hujr (mendahulukan lutut daripada tangan), inilah yang benar; sujud dengan cara mendahulukan kedua lutut terlebih dahulu, kemudian meletakkan kedua tangan di atas lantai, kemudian menempelkan kening, inilah yang disyariatkan. Ketika bangun dari sujud, mengangkat kepala terlebih dahulu, kemudian kedua tangan, kemudian bangun, inilah yang disyariatkan menurut Sunnah dari Rasulullah Saw, kombinasi antara dua hadits. Adapun ucapan Abu Hurairah: “Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum lutut, zahirnya –wallahu a’lamterjadi pembalikan kalimat, sebagaimana yang disebutkan Ibnu al-Qayyim –rahimahullah-. Yang benar: meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, agar akhir hadits sesuai dengan awalnya, agar sesuai dengan hadits riwayat Wa’il bin Hujr, atau semakna dengannya22. Pendapat Ibnu ‘Utsaimin:
فحينئ كوف الصواب إذا أرد ا أف تطاب آخ اتضد ث وأولو "وليضع ر بتيو قبل د و"؛ لأ و لو وضع اليد ن قبل ال بت ما قلت لبرؾ ما برؾ البعير. و ينئ كوف أوؿ اتضد ث وآخ ه متناقضاف. ... وقد ألف بعض الأخوة رسالة تشاىا )فتح اتظعبود في وضع ال بت قبل اليد ن في الس ود( وأجاد فيو وأفاد. ... وعلى ى ا ف ف السنة التي أم ا ال سوؿ صلى الله عليو وسلم في الس ود أف ضع الإ ساف ر بتيو قبل د و.
Ketika itu maka yang benar jika kita ingin sesuai antara akhir dan awal hadits: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan”, karena jika seseorang meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut, sebagaimana yang saya nyatakan, pastilah ia turun seperti turunnya unta, maka berarti ada kontradiktif antara awal dan akhir hadits. Adalah salah seorang ikhwah menulis satu risalah berjudul Fath al-Ma’bud fi Wadh’i ar-Rukbataini Qabl al-Yadaini fi as-Sujud, ia bahas dengan pembahasan yang baik dan bermanfaat. Dengan demikian maka menurut Sunnah yang diperintahkan Rasulullah Saw ketika sujud adalah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan23.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment