
Tidak Setiap Yang Pandai
Bicara Dan Berpidato Di Atas
Mimbar Berarti Dia Adalah Ulama
-------------------------------------------------------
Ust. Abu Ubaidah As Sidawi
Selama ini, banyak orang yang mengklaim dan menganggap beberapa dai, mubaligh atau ustadz sebagai cendekiawan, intelektual, pakar tafsir al-Qur’an atau pakar hadits, dan sebagainya hanya melihat kepada gelar yang disandangnya begitu mentereng, aktif menulis karya tulis hingga puluhan karya, sering nongol mengisi acara di TV, atau ceramahnya dibanjiri oleh banyak jamaah dan lain sebagainya.
Ini adalah pandangan yang salah tentang hakikat ulama, karena tidak setiap yang pandai bicara dan berpidato di atas mimbar berarti dia adalah ulama. Dan tidak setiap orang yang pandai menulis kitab berarti ulama karena ulama sejati memiliki sifat-sifat yang jarang ada pada tokoh-tokoh agama sekarang ini, terutama memiliki aqidah yang lurus sesuai dengan al-Qur’an dan hadits serta pemahaman salaf shalih.
Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali pernah mengatakan :
“Sangat disayangkan, banyak orang bodoh pada zaman sekarang menyangka bahwa setiap orang yang pandai bicara berarti dia lebih alim daripada ulama sebelumnya, bahkan ada di antara mereka yang menganggap pada seseorang bahwa dia lebih alim daripada para sahabat Nabi karena penjelasannya yang banyak dan pintarnya dalam berdebat.”
Beliau melanjutkan :
“Banyak orang sekarang yang tertipu dalam masalah ini, sehingga mereka mengira bahwa setiap orang yang banyak omongnya dan debatnya dalam masalah-masalah agama berarti dia lebih pandai daripada yang tidak demikian, padahal harus diyakini bahwa tidak setiap orang yang lebih banyak omongnya dan debatnya berarti dia lebih pandai.”
---
(Bayanu Fadhlu Ilmi Salaf ’ala Ilmi Khalaf hlm. 38–40. Dan lihat penjelasan secara bagus tentang hakikat ulama, ciri-ciri mereka, perbedaan antara ulama asli dan palsu, serta etika terhadap ulama dalam kitab Qawa’id fi Ta’amul Ma’al Ulama karya Abdurrahman ibn Mu’alla al-Luwaihiq).
Subhanallah, ini keluhan al-Imam Ibnu Rajab pada zamannya. Lantas bagaimana sekiranya dia jika beliau melihat pada zaman kita sekarang?!!
Oleh karenanya, marilah kita tanamkan pada diri kita masing-masing untuk mencintai dan mengagungkan kebenaran yang bersumberkan al-Qur’an dan as-Sunnah, dan tidak silau dengan ucapan seorang hanya karena gelar dan popularitasnya semata.
Jadikanlah timbangan kebenaran dengan al-Qur’an dan as-Sunnah untuk menilai seseorang, jangan menjadikan kebenaran berdasarkan ucapan seorang.
Muslimah.or.id
•┈┈┈◎❅❀❦🌷🌻💎🌻🌷❦❀❅◎┈┈┈•
No comments:
Post a Comment