Friday, November 10, 2017

Kunci kebaikan dan keburukan hati ....



✍Kehidupan dan terang pangkal kebaikan hati, kematian dan gelap pangkal keburukannya.

Setiap kebaikan dan kebahagiaan yang dimiliki manusia, bahkan oleh setiap makhluk hidup yang berakal, berpangkal pada kesempurnaan hidup dan cahayanya. Kehidupan dan cahaya adalah pangkal kebaikan.
Alloh betfirman,

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan."(Al-An'am: 122)

Dalam ayat ini Allph memadukan dua hal: kehidupan dan cahaya. Dengan kehidupan, seseorang memiliki kekuatan, pendengaran, penglihatan, rasa malu, harga diri, keberanian, kesabaran, serta seluruh sifat mulia lainnya. Dengan kehidupan, seseorang bisa mencintai kebaikan dan membenci keburukan. Semakin kuat kehidupan yang dimilikinya maka semakin kuatlah sifat-sifat tersebut, tetapi semakin lemah kehidupannya maka semakin lemah pula sifat-sifat tersebut. Rasa malunya terhadap berbagai macam keburukan sesuai dengan kadar kehidupannya dalam dirinya.
Hati yang sehat dan hidup, apabila dihadapkan kepada berbagai keburukan, akan membenci dan menjauhinya disebabkan oleh karakter yang dimilikinya. Ia tidak akan menoleh kepada keburukan itu. Berbeda halnya dengan hati yang mati. Ia tidak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdulloh bin Mas'ud,

هلك من لم يكن له قلب يعرف به  المعروف وينكر به المنكر
Sungguh celaka siapa yang tidak memiliki hati yang bisa digunakannya untuk mengenali yang makruf dan menolak yang munkar.(HR Al-Haitsami dalam Majmauz zawaid 7/275 dengan perawi yang shohih)

Demikian halnya hati yang sakit disebabkan syahwat. Karena kelemahannya, ia menyukai keburukan-keburukan yang digadapkan kepadanya, sesuai dengan kadar kekuatan dan kelemahan penyakit tersebut.

Begitu pula apabila cahaya dan tetangnya hati kuat, ia bisa melihat gambaran dan hakikat pengetahuan sesuai dengan aslinya. Dengan cahayanya hati, ia bisa mengetahui baiknya kebaikan, sedangkan dengan kehidupannya ia mencintai kebaikan tersebut. Begitu pula terhadap buruknya keburukan.
Kedua unsur fundamental ini disebut oleh Alloh dalam kitabnya,

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚمَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚوَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."(Asy-Syura : 52)

Dalam ayat ini Alloh memadukan antara ruh, yang bisa menghasilkan kehidupan, dengan cahaya yang bisa menghasilkan terang.
Alloh telah memberitahu kitab yang diturunkannya kepada Nabinya mengandung kedua hal tersebut, yaitu ruh yang bisa menghidupkan hati dan cahaya yang menjadikannya bersinar dan terang.
Sebagaimana firmannya,
" Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan."(Al-An'am: 122)

Yaitu, apakah orang yang semula kafir, hatinya mati dan tenggelam dalam gelap kebodohan, lalu kami menunjukkannya kepada kebenaran dan iman, serta Kami jadikan hatinya hidup setelah mati dan terang bercahaya setelah dalam kegelapan, sama dengan orang yang keadaannya  dalam gelap gulita?

Tentu tidak sama ...
Wallohu a'lam

🍂Dinukil dari Ighotsatul lahafan, Ibnul Qoyyim Al-Jauzy

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

No comments:

Post a Comment