Menjawab Syubhat Dakwah Ustadz Abdul Somad (AS ) Hadahullah
Beberapa tahun terakhir, nama ustadz Abdus Somad yang
merupakan alumni S2 Darul Hadits Hassania Institute Maroko. mulai terkenal
melalui ceramah-ceramahnya yang tersebar di Youtube dan media sosial ini
,sering menjadi perbincangan para netizen dan pegiat media sosial tanah air.
Bahkan sekolahnya pun juga banyak yang menjadi viral di media sosial. Namanya
adalah Ustadz Abdul Somad, Lc. MA.
Banyak yang bertanya tentang bagaimana manhaj beliau?
1. Wahabi
Dalam sebuah video yang diunggah di youtube, Ustadz Abdul
Somad menjelaskan apa itu dakwah Salafi wahabi. Ustadz AS mengatakan bahwa
kelompok dengan dakwah yang sering membid'ahkan dan mengkafirkan adalah agen
Yahudi (Amerika dan Israel). "Kelompok-kelompok yang selalu menyalahkan,
bid'ah, haram, adalah kelompok agen-agen Amerika dan Israel". Ustadz AS
juga menegaskan melarang mengikuti kelompok-kelompok yang menyalahkan orang
lain.
Komentar: Pernyataan ustadz As mengarah pada dakwah sunnah
salaf di tanah air. Karena hanya dakwah sunnah lah yang berani mengatakan yang
haq adalah haq dan bathil adalah bathil. Tidak menggabungkan yang haq dengan
yang bathil seperti yang berkembang saat saat sekarang. Dimana dengan dalih
menjaga "persatuan" mereka tidak berani menyampaikan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sebagian amaliah masyarakat meski sudah
mencapai taraf kesyirikan.
asosiasi seperti apakah yang diharapkan?
Apakah saat ini kelompok yang mendakwahkan pemurnian tauhid
sebagaimana yang dilakukan oleh dakwah salafi?
Jika benar dakwah salafi antek Amerika dan Yahudi. Mengapa
dakwah salaf ini juga ditebarkan oleh aparat pemerintah staf ahli BNPT Bpk
Abdurrahman Ayyub?
2. hukum Jenggot
Ustadz Abdul Somad dalam video rekamannya juga mengatakan
bahwa hukum memlihara jenggot adalah SUNNAH berdasarkan mazhab syafi'i. Jika
dengan adanya jenggot membuat penampilan tidak bagus maka jenggot dicukur.
Inilah pendapat Ustadz AS ketika ditanya mengapa dia tidak berjenggot.
"Saya kalau berjenggot lebat seperti tusuk sate, takut bapak bertemu sama
saya."
komentar:
Imam Asy-Syafi'i -rohimahulloh- mengatakan:
ولا يأخذ من شعر
رأسه ولا لحيته شيئا
لان ذلك إنما يؤخذ
زينة أو نسكا
"Ia (orang yang memandikan mayat) tidak dapat memangkas
rambut kepala maupun jenggotnya si mayat, karena kedua rambut itu hanya bisa
diambil untuk menghias diri dan ketika ibadah manasik saja". (Al-Umm
2/640)
Imam Syafi'i -rohimahulloh- juga mengatakan:
والحلاق
ليس بجناية لان فيه
نسكا في الرأس وليس
فيه كثير ألم, وهو
- وإن كان في اللحية
لا يجوز - فليس كثير
ألم ولا ذهاب شعر,
لانه يستخلف, ولو استخلف الشعر
ناقصا أو لم يستخلف
كانت فيه حكومة
"Menggundul rambut bukanlah kejahatan, karena adanya
ibadah dengan menggundul kepala, juga karena tidak adanya rasa sakit yang
berlebihan padanya. Aksi menggundul itu, meski tidak diperbolehkan pada
jenggot, namun tidak ada rasa sakit yang berlebihan padanya, juga tidak
menyebabkan hilangnya rambut, karena ia tetap akan tumbuh lagi. Seandainya
setelah digundul, ternyata rambut yang tumbuh kurang, atau tidak tumbuh lagi,
maka ada hukumah (semacam denda / sangsi, silahkan lihat makan al-hukuumah di
Al-Haawi al-Kabiir 12/301) ". (Al-Umm 7/203)
Para ulama syafi'iyah telah memahami bahwa kata Al-Imam
Asy-Syafi'i rahimahullah menunjukkan bahwa beliau melarang menggunduli jenggot.
Diantara para ulama tersebut adalah:
(1) Ibnu Rif'ah:
قال ابن رفعة: إن
الشافعي قد نص في
الأم على تحريم حلق
اللحية
Ibnu Rif'ah -rohimahulloh- mengatakan: Sungguh Imam Syafi'i
telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot.
(Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil muhtaj 9/376)
(2) Abdurrahman bin 'Umar Baa' Alawi; ia berkata:
نص الشافعي رضي الله عنه
على تحريم حلق اللحية
ونتفها
"Imam Asy-Syafii radhiallahu 'anhu telah menyatakan
akan haramnya mencukur gundul jenggot dan mencabuti jenggot" (Bugyatul
Mustarsyidin hal 20, cetakan Daarul Fikir)
Jenggot membawa mudharat?
Ustadz AS menjelaskan jika ia berjenggot maka seperti tusuk
sate, Apakah sebegitu mudharatnya memelihara jenggot. Atau hanya karena tidak
diurus, sehingga jenggot akan tampak berantakkan?
Jikapun panjang seperti tusuk sate mengapa ustadz mencukur
habis?, Bukankah dengan meninggalkan sedikit tidak terlihat seperti tusuk
sate?.
3. Isbal
Berdasarkan penjelasan Ustadz AS, Isbal tidaklah mengapa
jika tidak somobong. "Yang celana gantung amalkan untuk Anda sendiri,
jangan memasukkan neraka orang yang tak (bercelana) gantung. Mau kemana ummat
ini dibawa asyik berkelhai gara-gara itu".
komentar:
Apakah isbal ini masalah sepele?
Imam Ahmad mencatat sebuah riwayat dalam Musnad -nya
(4/390):
(حدثنا
سفيان بن عيينة, عن
إبراهيم بن ميسرة, عن
عمرو ابن الشريد, عن
أبيه أو: عن يعقوب
بن عاصم, أنه سمع
الشريد يقول: أبصر رسول
الله صلى الله عليه
وسلم رجلا يجر إزاره,
فأسرع إليه أو: هرول,
فقال: " ارفع إزارك, واتق
الله ", قال: إني أحنف,
تصطك ركبتاي, فقال:" ارفع إزارك, فإن
كل خلق الله عز
وجل حسن ", فما رئي ذلك
الرجل بعد إلا إزاره
يصيب أنصاف ساقيه, أو:
إلى أنصاف ساقيه
Sufyan bin 'Uyainah menuturkan kepadaku, dari Ibrahim bin
Maisarah, dari' Amr bin Asy Syarid, dari ayahnya, atau dari Ya'qub bin 'Ashim,
bahwa ia mendengar Asy Syarid berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam
melihat seorang laki-laki yang pakaiannya terseret sampai ke tanah, kemudian
Rasulullah bersegera (atau berlari) mengejarnya. Kemudian beliau bersabda:
"Angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah".
Pria itu berkata: "kaki saya bengkok, lutut saya tidak stabil ketika
berjalan". Nabi bersabda: "angkat pakaianmu, sesungguhnya semua
ciptaan Allah Azza Wa Jalla itu baik".
Sejak itu tidaklah pria tersebut terlihat kecuali pasti
kainnya di atas pertengahan betis, atau di pertengahan betis.
Hadits ini shahih, semua perawinya tsiqah. Ya'qub bin 'Ashim
dikatakan oleh Ibnu Hajar: "ia maqbul". Namun Ibnu Hibban
memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Dan demikian juga Adz Dzahabi yang berkata:
"ia tsiqah". Maka inilah yang tepat insya Allah. Al Albani
mengatakan: "sanad ini sesuai syarat Bukhari-Muslim jika (Ibrahim
meriwayatkan) dari 'Amr dan sesuai syarat Muslim jika dari Ya'qub. Dan yang
lebih kuat adalah yang pertama (dari' Amr)" (Silsilah Ash Shahihah, 3 /
427).
4. tahlilan Kemtian
Menurut ustadz AS, Tahlilan kematian, memperingati tiga
hari, tujuh hari kematian adalah tradisi Tabi'in, tradisi salafus sholeh.
Tahilan dalam rangka memperingati kematian TIDAKLAH pernah
dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak juga para sahabatnya,
tidak juga para tabi'in, dan bahkan tidak juga pernah dilakukan oleh 4 imam
madzhab (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafii, dan Ahmad rahimahumullah).
Istri beliau yang sangat ia cintai Khodijah radhiallahu
'anhaa juga meninggal di masa hidup beliau, akan tetapi sama sekali tidak ia
tahlilkan. Jangankan hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000 bahkan sehari saja
tidak beliau tahlilkan. Demikian juga kerabat-kerabat beliau yang beliau cintai
meninggal di masa hidup beliau, seperti paman beliau Hamzah bin Abdil
Muthholib, sepupu beliau Ja'far bin Abi Thoolib, dan juga sekian banyak
sahabat-sahabat beliau yang meninggal di medan pertempuran, tidak seorangpun
dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Imam Asy-Syafi'i berkata dalam kitab "Al-Umm":
"Dan aku benci al-maatsim yaitu berkumpulnya
orang-orang (di rumah keluarga mayat -pen) meskipun mereka tidak menangis.
Karena hal ini hanya memperbarui kesedihan, dan membebani pembiayayan
....". ini adalah lafal nash (pernyataan) Al-Imam Asy-syafi'i dalam kitab
al-Umm. Dan ia diikuti oleh para ahli fikih madzhab syafi'i.
Semoga kita semakin berhati-hati dalam menimba ilmu. Gelar
bukanlah acuan, akan tetapi yang disampaikan apakah sesuai dengan Alquran dan
hadist sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat atau tidak.
Wallahu 'alam
----------------------
No comments:
Post a Comment