, disarikan dari kitab al-Qomuus al-Mubiin fii Istilaahaah al-Ushuliyyiin, hal. 170-173.
(1) Rukhshah adalah apa-apa yang Allah subhanahu wa ta'ala syari'atkan dari hukum-hukum asal yang telah tetap dan terjadi khusus pada keadaan tertentu sebagai keringanan bagi mukallaf(seseorang yang telah baligh dan berakal), seperti kebolehan makan mayyit dalam keadaan darurat, kebolehan berbuka siang ramadhan dalam keadaan safar, dan seterusnya tatkala mukallaf memiliki 'udzur syar'i dan lemah pada suatu kondisi. Allah ta'ālā berfirman,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." QS. Al-Hajj: 78.
Rukhsah ini terbagi menjadi beberapa bagian:
Pertama.
Rukhsah wājibah. Contoh: kewajiban memakan bangkai atau mayyit ketika terpaksa berdasarkan firman Allah ta'ā'lā,
فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS. Al-Baqarah: 173.
Kedua.
Rukhsah mubāhah. Contoh: kebolehan jual beli salam(inden) atau salaf berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,
من أَسْلَفَ في شَيْءٍ فَفِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إلى أَجَلٍ مَعْلُومٍ. أخرجه البخاري في كتا السلم و مسلم في الساقاة، باب السلم.
"Barang siapa yang memesan sesuatu, maka hendaknya ia memesan dalam jumlah takaran yang telah diketahui(kedua belah pihak), dalam timbangan yang telah diketahui(kedua belah pihak), dan sesuai tempo yang telah diketahui(kedua belah pihak)." Muttafaq 'alaih.
Dalil di atas adalah rukhsah(keringanan) dari dalil yang melarang menjual barang yang tidak ada, yakni sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,
لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ
"Janganlah kamu menjual barang yang tidak kamu miliki." HR. Abu Daud, at-Tirmidziy, hasan shahih.
Inilah rukhsah(keringanan)nya karena ada kebutuhan tersebut. Tentunya setelah terpenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Ketiga.
Rukhsah khilāf al-aulā. Contoh: kebolehan berbuka puasa ketika safar bagi seseorang yang merasa berat berpuasa, karena Allah Allah ta'ālā berfirman,
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." QS. al-Baqarah: 184.
Zaadanallaahu 'ilman
No comments:
Post a Comment